Ayo Berbagi Cerita

Disini silakan kamu berbagi cerita dan cita-cita..karena dengan bercerita cita-citamu akan diketahui banyak orang: bersilaturohim!

silaturohim memperluas rizqi kan..nah, mudah-mudahan dengan orang-orang tahu cita-cita kita, mereka menjadi perantara Alloh untuk membantu mewujudkannya.....^_^v

Biar Rebah Jangan Pernah Berubah..

Biar Terbuang Jangan Pernah Berhenti Berjuang!!

Selasa, 10 Mei 2011

Perjalanan Menuju Sarjana

Yap Assalamu'alaikum Ii Holillah disini..

Ini Tulisan untuk ke donatur beasiswa saya waktu S1, tapi agak buru-buru dan tidak sistematis..mau share aja..
Perjalanan Menuju Sarjana
Ketika menjelang masa kelulusan SMA, aktivitas saya tidak seperti siswa SMA lainnya. Pada Umumnya Bagi siswa SMA Kelas 3, mengikuti Bimbingan Belajar (Bimbel), Ujian Saringan Masuk Perguruan Tinggi Negeri (USM PTN), dan mempersiapkan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) adalah sebuah kebutuhan. Tetapi tidak dengan saya, saya memilih untuk mengatasi itu semua sendiri.  Saya berpikir bahwa yang menentukan kelulusan bukanlah kita ikut bimbel atau tidak. Tapi sejauhmana kita memohon pertolongan Allah dan sebesar usaha kita meraih itu.
Pada saat itu pun saya memutuskan untuk tidak mengikuti USM ataupun SPMB, karena saya yakin belajar di PTN membutuhkan biaya yang tinggi. Saya berpendapat seperti itu, karena mayoritas yang masuk PTN adalah mahasiswa SMA negeri dan kondisi di Jakarta, Siswa SMA negeri  rata-rata anak-anak dari keluarga menengah ke atas. Walau tidak sepenuhnya benar, pemikiran saya tersebut dipengaruhi oleh pengalaman pada masa SMP, ketika SMP saya bersekolah di SMPN 19 Jakarta, kehidupan sosial di sekolah tersebut begitu menampakkan gaya kaum the have. Saya merasa tidak sanggup dan nyaman ada di komunitas tersebut. Selama kurang lebih 6 tahun (SMP dan SMA) saya berada di lingkungan seperti itu, membuat saya memutuskan untuk mencari lingkungan yang lebih membuat saya nyaman. Saya ingin merasakan lingkungan yang sederhana, sama dengan kondisi di rumah saya.
Perjalanan Menuju Sarjana Itu Dimulai….
Selain untuk mencari ilmu, niat saya untuk kuliah adalah beraktivitas da’wah kampus. Niat ini sudah saya ‘azzamkan setelah aktif di dunia da’wah sekolah dan paham mengenai urgensi da’wah. Dan untuk saya, suasana kampus yang mendukung terwujdnya dakwah adalah kebutuhan. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti USM STAN, selain karena kehidupan dakwah kampus yang baik tentunya juga  dengan harapan bisa kuliah tanpa mengeluarkan biaya yang besar.
Setelah ujian maka waktu pengumuman  tiba, tetapi ternyata saya tidak lulus, tidak lulusnya hanya di nilai bahasa inggris yang gradenya belum memenuhi standar kelulusan. Saya sadari memang karena soal bahasa inggris tersebut masuk kategori advance. Namun, karena hasil ujian saya cukup tinggi saya bisa masuk di bagian Aktuaria (Asuransi) yang ada dibawah naungan Departemen Keuangan RI (bukan di STAN), namun saya memilih untuk tidak masuk. Ketika saya merasa bingung apa yang harus lakukan selanjutnya, karena baru kali ini saya merasakan kegagalan yang cukup besar. Selama seminggu saya mengurung diri di kamar, memohon ampun dan berdoa pada Allah mencari solusi untuk kehidupan saya ke depan.
Setelah sepekan, saya mendapat kabar dari teteh (kakak)  sepupu saya yang bernama Ima Siti Fatimah, bahwa di kampusnya sedang dibuka banyak program beasiswa. Ketika itu kondisi saya belum sepenuhnya membaik, namun pada saat itu saya berpikir tidak mungkin saya kuliah tanpa beasiswa, karena kondisi keuangan orangtua yang tidak mendukung. Akhirnya saya pergi bersama teh Ima ke kampusnya yang bernama STEI SEBI.
Pengalaman Menjalani Tes di SEBI
Pada hari itu saya melakukan pendaftaran untuk mengikuti tes beasiswa. Tes tersebut berupa tes administrasi dan wawancara. Namun, hari itu pada tahap pertama, saya hanya memberikan berkas untuk keperluan administrasi saja. Kemudian, pada beberapa hari berikutnya, tes wawancara, saya ingat betul itu adalah hari jum’at dan bertepatan dengan bulan Ramadhan. Tes dimulai dari jam tujuh pagi. Namun karena pada saat itu, saya mendapat urutan terakhir untuk diwawancara. Jumlah peserta yang diwawancara sekitar 10 orang, dan yang membuat saya heran mengapa semuanya laki-laki sedangkan saya satu-satunya perempuan. Ketika itu saya hanya diam seribu bahasa, karena tidak ada satu pun peserta yang bisa ajak berbicara, mungkin karena baru pertama kali bertemu dan mereka semua adalaha laki-laki, jadi saya canggung untuk bercengkrama.
Akhirnya waktu saya untuk wawancara tiba, setelah menunggu  selama 5 jam. Saya diwawancara oleh banyak orang. Pada saat itu saya tidak tahu siapa mereka. Pada permulaan wawancara saya diminta untuk membaca Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 23-30. Setelah itu saya diwawancarai mengenai aktivitas saya selama di SMA, tentang latar belakang keluarga dan sebagainya. Wawancara berjalan lancar. Ketika itu yang saya rasakan “no hard feeling”, begitu datar. Pengumuman kelulusan akan diberitahukan hari sabtu. Maka setelah itu saya pulang ke rumah dengan berjalan kaki tanpa ada harapan apa-apa.
Esoknya, telepon rumah saya berbunyi, dan itu telepon dari SEBI. Pihak SEBI mengatakan bahwa hari Senin saya bisa masuk kuliah. Ketika itu saya hanya termangu kaget. Begitu cepat, Hari Jum’at wawancara, hari Sabtu lulus, dan hari Senin kuliah. So simple… saya segera mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kuliah di hari Senin, karena kuliah pertama pukul 08.00 WIB.
PERJALANAN KULIAH DI STEI SEBI
Kesan di hari pertama kuliah di SEBI adalah asing dan aneh bagi saya. Saya merasa asing dengan teman-teman yang lain. Karena teman-teman yang lain sudah saling mengenal sebelumnya. Mereka saling kenal karena mengikuti Propeka (Program Pengenalan Kampus) sebelumnya. Propeka dilaksanakan ketika saya melakukan tes wawancara di SEBI. Hal yang membuat saya merasa tambah asing adalah mayoritas mahasiswa baru angkatan saya adalah anak pesantren. Mereka berbicara dalam bahasa arab dan mereka berkumpul hanya dengan sesama anak pesantren.  Tetapi setelah beberapa hari kuliah saya mengetahui ada beberapa anak SMA umum seperti saya dan mereka juga merupakan anggota Rohis SMA sama seperti saya.
Alhamdulillah, kondisi yang asing tersebut dapat saya atasi, saya diberi kemudahan oleh Allah dalam bergaul. Saya tidak mengalami kesulitan saat menghadapi lingkungan baru. Setelah tantangan dari lingkungan, saya mendapat tantangan baru yakni kurikulum STEI SEBI yang sebagian merupakan kurikulum syariah. Kurikulum tersebut didukung dengan adanya matrikulasi bahasa arab. Bahasa arab adalah hal yang baru bagi saya. Terakhir kali belajar bahasa arab ketika Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) sewaktu Sekolah Dasar (SD). Namun walau kondisinya begitu, Alhamdulillah Allah menolong saya lagi, saya tidak merasa kesulitan menghadapi mata kuliah tersebut, saya malah bersemangat, karena mata kuliah bahasa arab maupun syariah bisa menambah keimanan kepada Allah dan pemahaman saya terhadap Islam.
Selama kuliah, Alhamdulillah saya selalu diberikan hadiah oleh Allah nilai A atau B. jadi, Indeks Prestasi Semester (IPS) saya selalu diatas 3.50. Hadiah ini menambah semangat saya untuk terus belajar mengenai ilmu ekonomi syariah. Keilmuan ini begitu menarik. Di dalamnya terdapat berbagai komponen keilmuan seperti ekonomi, syariah, dan bahkan fiqh muamalah. SEBI meawarkan dua program studi (Prodi )yaitu Akuntansi Syariah (AS) dan Perbankan Syariah (MPS). Saya memilih PS dengan konsentrasi Manajemen Perbankan Syariah (MPS). Saya memilih MPS karena menurut saya, ilmu manajemen memiliki kedinamisan, sehingga kelimuannya terus berkembang. Selain itu, saya juga tertarik dengan Manajemen Sumber Daya Insani (MSDI).
Selain kuliah, saya pun bertekad untuk aktif di dunia dakwah kampus. Motivasi saya adalah dimanapun kita berada nuansa dakwah harus senantiasa kita hidupkan. Dalam dunia kampus salah satu arena dakwah yang disediakan adalah melalui organisasi. Namun, selama ini muncul pandangan bahwa berorganisasi adalah hanya sebuah pilihan bagi seorang mahasiswa. Jadi, bisa saja ada mahasiswa yang tidak berorganisasi dengan berbagai alasan tentunya. Selain itu, muncul pula pandangan bahwa mahasiswa yang berorganisasi pastilah tidak gemilang prestasinya secara akademis. Saya mau membuktikan bahwa pandangan tersebut tidaklah benar. Menurut saya, semakin mahasiswa aktif maka ia akan semakin cerdas dan semakin pandai mengelola diri, karena ia banyak menemukan tantangan baru dalam hidupnya. Tentunya hal tersebut harus diiringi niat yang lurus dan pengaturan skala prioritas yang tepat.
Alhamdulillah, Allah telah memberi kemudahan pada saya dalam belajar. Allah selalu memberi hadiah nilai A atau B pada setiap mata kuliah pada saya. Setelah prestasi akademik bisa diraih, saya begitu bersemangat beraktivitas dalam dunia organisasi kampus. Namun, suatu waktu saat saya diingatkan oleh dosen ketika ada pembagian hasil ujian. Dosen tersebut heran mengapa nilai saya 90 sedangkan mayoritas teman-teman terutama yang perempuan banayak yang mendapat nilai kurang dari 60. Walau dosen tersebut tidak memberikan pengarahan apapun, tetapi saya paham, ternyata selama ini saya tidak pernah berbagi. Kenikmatan yang saya dapatkan hanya menjadi milik saya sendiri.
Sejak saat itu, saya sadar bahwa saya harus bisa membagi waktu untuk membantu teman-teman dalam belajar. Akhirnya, setelah saat itu, saya dan teman-teman membiasakan diri untuk belajar bersama. Saya seringkali mendapat kesempatan untuk memimpin belajar bersama tersebut. Setelah berjalan, ternyata metode belajar tersebut sungguh menguntungkan bagi saya dan teman-teman. Kami terbiasa untuk tidak belajar terburu-buru, belajar  sambil mengajarkan, dan saling memotivasi satu sama lain.
Selain kuliah di kelas, saya pun aktif melakukan aktivitas dakwah kampus, di SEBI. Saya mengikuti aktivitas-aktivitas dakwah kampus dalam bingkai organisasi mahasiswa (ormawa). Saya aktif ikut pelatihan-pelatihan di semester satu dan dua. Kemudian pada semester tiga dan empat saya ikut salah satu ormawa yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). sewaktu di BEM saya mendapat amanah sebagai staf dari Departemen Dakwah dan Pelayanan Masyarakat (DPM) ketika semester tiga. Pada Semester lima saya mendapat amanah sebagai Wakil II Presiden BEM SEBI. Kemudian di semester tujuh hingga delapan, saya mendapat amanah di ormawa tertinggi di SEBI yaitu Majelis Musyawarah Mahasiswa (MMM). Di MMM saya mendapat amanah di Komisi A bidang Kaderisasi. selain aktif di ormawa, saya pun aktif menjadi mentor pada program mentoring keislaman di kampus sejak semester lima.
Itulah sekelumit kisah saya selama perjalanan kuliah, nilai yang bisa saya resapi selama kuliah di SEBI adalah kita akan sukses jika mau menyukseskan orang lain, berbagi tidak akan mengurangi manfaat namun akan menambah manfaat tersebut.


Perjuangan Menuntaskan Tugas Akhir (TA)
Di STEI SEBI TA dimulai pada semester delapan, di kampus saya TA terbagi dua tipe yang pertama adalah skripsi dan nonskripsi. Saya memilih untuk membuat skripsi.  Saya berpikir bahwa skripsi  harus direncanakan dan dimulai dari jauh-jauh hari. Saya sudah mulai merancang skripsi di semester enam. Pada saat itu saya mulai menjajaki berbagai skripsi yang ada di SEBI maupun kampus lain. Pada saat semester tujuh semangat mengerjakan skripsi sudah begitu besar. Saat itu saya sudah mulai menentukan tema. Tema yang saya pilih saat itu adalah Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Tetapi setelah mengikuti perkuliahan manajemen strategi, saya pun menjadi tertarik menulis skripsi tentang tema tersebut pula.
Pada saat menyiapkan skripsi  itu tidak pula saya mengajak teman-teman yang lain untuk bersama merencanakan skripsi sebelum semester delapan. Menurut saya kebersamaan dan kesamaan visi bisa membuat lebih semangat dalam menulis skripsi. Alhamdulillah, saat itu setidaknya saya bersama teman-teman-teman sudah mneyiapkan skripsi dari semester tujuh walaupun idealnya TA sudah direncanakan dari semester satu.
Waktu mengerjakan TA tiba. Pendaftaran skripsi sudah dibuka pada saat liburan semester tujuh. Namun pada saat itu saya mengalami hal yang berbeda dengan teman-teman. Saat liburan semester tujuh Allah memberi  ketetapan bahwa saya diminta oleh pihak STEI SEBI untuk bisa membantu Bidang Akademik STEI SEBI. Saya diminta untuk menggantikan sementara salah satu staf yang akan cuti melahirkan. Jadi, pada masa-masa menyiapkan proposal skripsi  saya pun bekerja di Akademik STEI SEBI.
Asumsi saya pada saat itu, hal tersebut bisa saya atasi, karena saya pikir bisa sambil mengerjakan skripsi. Apalagi saya bekerja di kampus saya sendiri, itu akan lebih mempermudah saya mengakses keperluan untuk skripsi. Namun, saya mendapat tantangan baru, saya baru mengetahui bahwa kuliah sambil bekerja itu sungguh berat jika tidak pandai memanfaatkan waktu. Kenyataan ini harus saya hadapi, saya yakin ini bisa membuat saya lebih dewasa. Ini adalah pelajaran berharga dari Allah. Walau dalam kondisi bekerja saya harus tetap bersemangat menyelesaikan skripsi. Judul skripsi yang saya buat adalah Peran Budaya Kerja dalam Implementasi Strategi (Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika).
Dalam perjalanannya, bisa dikatakan skripsi saya tidak begitu banyak dihambat oleh faktor eksternal. Tipe penelitian saya adalah deskriptif kualitatif. Jadi, analisis sangat tergantung dengan peneliti. Objek penelitian saya pun mudah diakses. Karena pada saat itu STEI SEBI terletak bersebelahan dengan  Dompet Dhuafa Republika (DD). Pun ada hambatan itu bisa diatasi. Ketika itu dosen pembimbing metodologi saya sedang melakukan persiapan kelahiran, dan ternyata setelah melahirkan beliau mengalami musibah, bayi yang dilahirkan meninggal dunia. Akhirnya, dosen pembimbing metodologi saya diganti dengan dosen lain. Untuk dosen pembimbing materi saya bisa temui setiap hari kerja karena selain dosen beliau juga Kepala Biro Sumber Daya Insani (SDI) STEI SEBI.
Hambatan itu justru datang dari diri saya sendiri (internal). Selama lebih dari satu bulan skripsi saya terbengkalai. Pada saat itu pekerjaan di SEBI sedang banyak. Tipe pekerjaan di akademik bersifat siklus. Siklusnya adalah awal perkuliahan, Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), Pengajuan tugas akhir, sidang skripsi, dan sidang komprehensif. Spesifikasi pekerjaan saya adalah membuat surat-surat, berkas-berkas untuk setiap pekerjaan akademik, dan segala hal yang berhubungan dengan administrasi di akademik. Sederhana namun banyak. Pada masa awal beradaptasi, saya pernah merasa sakit pinggang dan punggung karena terlalu lama duduk. Karena kondisi tersebut, saya merasa letih sepulang dari kampus. Saya merasa berat untuk mengerjakan skripsi. Tetapi setelah saya menanyakan kabar skripsi teman-teman yang lain, saya merasa bersalah dan harus bangkit. Karena pada saat itu, mereka sudah sampai BAB III sedang saya masih di BAB II.
Akhirnya, saya melakukan pengelolaan waktu dengan lebih teratur. Saya diizinkan untuk mengerjakan skripsi disela-sela pekerjaan. Saya menetapkan bahwa waktu pengerjaan skripsi  adalah pukul 10.00-12.00 WIB. Kemudian saya juga menetapkan untuk makan malam sebelum magrib agar tidak mengantuk selepas magrib, dan bisa mengerjakan skripsi.
Namun, siasat saya itu tidak berjalan cukup optimal. Karena pekerjaan akademik yang tidak terencana (mendadak) harus segera diselesaikan dan memakan waktu yang cukup lama. Sehingga banyak agenda rutin yang saya toleransi. Hingga akhirnya pada detik-detik akhir masa pengajuan sidang saya belum selesai. Pada saat itu baru sampai BAB IV. Pada saat itu pula saya mendapat kabar bahwa informan atau responden penelitian saya di DD akan pergi ke Palestina (pada saat itu terjadi agresi Israel ke Palestina pada peristiwa penembakan Kapal Mavi Marmara).
Saya pun panik, merasa bersalah karena melalaikan skripsi. Saat itu seringkali saya menangis dan bercerita pada teman-teman. Mereka pun menasehati saya untuk tidak boleh berlemah-lemah seperti itu. Saya diberitahukan pula bahwa teman-teman SDM EKSPAD yang lain hanya satu orang yang sudah selesai TA. Mengetahui kondisi tersebut saya sadar bahwa kondisi saya lebih baik dari yang lain. Walaupun sambil bekerja saya sudah bisa sampai BAB IV. Hanya tinggal satu bab lagi yaitu kesimpulan. Saya tidak boleh menyerah. Alhamdulillah Allah memberi kesibukan pada saya, sehingga saya dipaksa untuk tidak bersantai. Karena jika kita dalam keadaan lapang akan lebih lalai dibanding dalam keadaan sempit.
Alhamdulillah, pihak akademik memberi waktu perpanjangan skripsi hingga satu pekan.  Saya memutuskan untuk izin tidak masuk kerja selama beberapa hari. Akhirnya, dimasa akhir pengumpulan skripsi saya sudah selesai dan saatnya untuk menyiapkan sidang skripsi.
Saya mendapatkan jadwal sidang skripsi pada hari terakhir. Saat itu persiapan saya tidak terlalu banyak, karena pada saat itu pula saya harus menyiapkan surat-surat dan berkas-berkas untuk sidang skripsi. Alhamdulillah, saya dibantu oleh adik-adik mentee dalam mentoring keislaman yang saya kelola di kampus. Mereka membantu menyiapkan slide presentasi, menemani latihan sidang, dan memberi pertanyaan-pertanyaan mengenai skripsi saya. Dengan waktu yang tidak banyak, setidaknya saya sudah melakukan persiapan, minimalnya menghilangkan rasa gugup.
Tepat pada hari rabu, 14 Juli 2010 pukul 14.30 WIB skripsi saya disidangkan oleh Bapak Izzudin Abdul Manaf, MA (Dosen Keahlian Syariah), Bapak Azis Budi Setiawan, SEI, MM (Dosen Keahlian Manajemen), dan Bapak Adril Hakim, ST, MM (Dosen Keahlian Manajemen dan Metodologi Penelitian). Saya begitu gugup. Selama lima belas menit skipsi saya dipresentasikan. Setelah itu saya menghadapi pertanyaan dan pernyataan dari para penguji. Kegugupan saya terobati ketika para dosen penguji tersebut memberi saran seperti layaknya bercengkrama dengan saya. Tidak seperti sedang ujian. Penguji banyak memberi pernyataan yang tidak perlu lagi saya komentari atau sanggah karena pernyataan dari mereka menunjukkan kesalahan-kesalahan pada skripsi saya.
Walau ada beberapa kesalahan, saya senang dengan sidang skripsi tersebut. Karena menurut penguji ide skripsi saya menarik. Selain itu, saya tidak mempunyai kesalahan dalam metodologi. Jadi, sidang tersebut berjalan membahas hal-hal yang inti pada skripsi saya. Setelah sidang, saatnya pengumuman. Saya cukup khawatir atas keputusan penguji, saya khawatir tidak lulus. Setelah menunggu, saya dipanggil kembali ke ruang sidang untuk diberikan pengumuman. Alhamdulillah….. skripsi saya dinyatakan lulus dengan nilai huruf B dan nilai angka 77.
Setelah sidang skripsi saatnya sidang komprehensif. Sidang ini mereview seluruh mata kuliah yang telah saya dapatkan selama tujuh semester. Jaraknya antara sidang skripsi adalah satu pekan. Alhamdulillah sidang ini saya lalui dengan lancar. Tepat pada 27 Juli 2010 saya LULUS dan mendapat gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI). Sidang tersebut selesai tepat ketika maghrib, dan setelah itu saya langsung pulang ke rumah dan menemui ibu saya dengan penuh rasa haru. Terimakasih Ya Allah…..
Perjalanan Menuju Sarjana itu Berakhir…
Alhamdulillah rangkaian perkuliahan ini telah saya lalui, tidak terasa delapan semester berlalu begitu cepat. Cita-cita menjadi sarjana telah terwujud. Jalan Allah telah membawa saya pada dunia ekonomi syariah ini. Melalui STEI SEBI saya dipertemukan dengan donatur yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan program Satu Keluarga Satu Sarjana. Alhamdulillah, saya telah menunaikan amanah untuk menjadi sarjana. Program tersebut telah saya tuntaskan.
Seringkali orangtua saya menyatakan kesyukurannya bahwa saya bisa kuliah tanpa mengeluarkan biaya. Ketidakmampuan orangtua saya membiayai kuliah telah dibantu dengan beasiswa SDM EKSPAD ini. Dahulu, semasa kelas 3 SMA saya seringkali menangis memikirkan bahwa saya tidak dapat kuliah karena orangtua saya tidak memiliki biaya. Penghasilan mereka pada saat itu tidak cukup untuk membiayai saya dan adik untuk sekolah. Tetapi Alhamdulillah, do’a-do’a orangtua saya terjawab kelemahan mereka dikuatkan oleh Allah melalui program beasiswa ini.
Orangtua saya secara pribadi mengucapkan terimakasih kepada STEI SEBI dan BAZNAS yang telah mewujudkan mimpi saya untuk kuliah,  untuk hidup yang lebih baik, dan untuk menyelamatkan keimanan kami pada Allah dengan jadi orang yang berilmu.
Selanjutnya kami menjadi lebih percaya diri, kami tidak perlu merasa rendah diri karena tidak punya biaya. Karena di luar sana masih ada orang-orang yang peduli (donatur) kepada generasi yang berkemauan kuat untuk menuntut ilmu.
Terakhir, Jazakallah Khairan Katsiraan… Hanya Allah yang dapat membalas amal jariyah anda.
Biar rebah jangan pernah berubah
Biar terbuang jangan pernah berhenti berjuang
Sawangan, 26 November 2010, 15:01 WIB
Ii Holillah, SEI
SDM EKSPAD 2006

Selasa, 03 Mei 2011

Analisis Pasar Bisnis Bimbingan Belajar

Yap Assalamu'alaikum Ii Holillah disini..
Gaya banget analisis pasar...
Bukan..ini mah coret-coretan aja tentang bisnis bimbel.
ini tulisan yang saya buat sangat cepat waktu pengerjaannya. cuma 30 menit!!!
ini saya buat iseng-iseng aja, ketika melihat banyak mahasiswa di kampus saya yang membuat bimbel, saya tergugah untuk membuat tulisan ini karena merasa ada beberapa pengalaman masa lalu ketika SMA yang bisa di share...


Bisnis Bimbingan Belajar (Bimbel)
Bimbel lahir ketika masuk PTN terasa lebih sulit, persaingan semakin ketat. Dan kesadaran orang-orang untuk melanjutkan pendidikan semakin tinggi. Ketika itu, pembelajaran di SMA  tidak begitu bisa mengcounter pola-pola soal yang ada di SPMB. Karena yang membuat soal SPMB adalah para dosen yang notabene keilmuannya lebih tinggi dibanding guru SMA.
Akhirnya, para mahasiswa terpikir untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka membuat bimbel yang diasuh oleh kakak-kakak alumni SMA yang kuliah di PTN. Dengan berbekal keilmuan yang didapat dari kuliah (kelimuan yang lebih spesifik dibanding dgn kelimuan yang diajarkan di SMA). Ini analisis untuk bimbel yg didirikan oleh mahasiswa/alumni SMA dengan tujuan masuk PTN.
Sebenarnya secara kultur, Les ataupun bimbingan belajar bermula dari sekolah (guru) itu sendiri. Dulu ketika SD sepulang sekolah, kita mengikuti les tambahan dgn tujuan lebih memperdalam pemahaman mengenai soal2 yang diajarkan di kelas. Di sisi lain, les juga bertujuan untuk menambah nilai. Gak percaya?dengan les kita bisa tau bocoran soal ulangan dari guru yang bersangkutan atau halusnya kita bisa dapet trik ngerjain soal dengan cepat dan mudah. Karena biasanya di kelas ketika KBM reguler kita diberikan contoh penyelesaian soal yang bertele-tele dan sulit dipahami. Dan inilah daya jual Les itu. Kita bisa dapet cara instan/cepat menyelesaikan soal (kasus soal eksak).
Kalau diingat2 pelopor bimbel yang terkenal itu adalah Sony Sugema College (SSC) dan Ganesha Operation (GO) dua-duanya berpusat di Bandung.  Rata-rata pemiliknya adalah Alumni ITB. Lalu kemudian muncullah Primagama, NF, BTA (Bimbingan Tes Alumni). Pengajar  pada bimbel tersebut diutamakan adalah mahasiswa PTN.
PTN jadi sebuah komoditi yang menguntungkan, kenapa?
Kultur di negeri ini memandang  mahasiswa dari PTN lah yang tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Iming-iming pekerjaan yang layak jika membawa nama besar almamater  PTN. Akhirnya orangtua mau mengorbankan apa saja agar anaknya bisa diterima di PTN. Maka muncullah bimbel-bimbel yang menawarkan program dijamin lulus UN dan SPMB/SNMPTN.
Bahkan ketika tahun 2004/2005 muncul metode masuk PTN dengan pola mandiri yaitu tidak melalui SNMPTN. Program tersebut dinamai Ujian Saringan Masuk (USM). USM ini memiliki pola sama dengan SNMPTN, dengan ujian tertulis dsb. Namun yang membedakan adalah biaya masuk awal kuliah/uang pangkal (Dana sarana dan prasarana) yang berbeda.
Rata-rata harga dipatok dari 20 juta hingga 60 juta. Jika lewat SNMPTN hanya cukup 5-10 juta. Adanya program ini bertujuan untuk mencari dana segar dari orang tua siswa yang memiliki kemapanan ekonomi dan juga ingin anaknya masuk PTN, karena ketika itu PTN sudah diperintahkan untuk mandiri/otonomi tidak mengandalkan subsidi pemerintah saja. Fenomena tersebut  direspon oleh bimbel-bimbel ternama dengan program jaminan masuk PTN yang meminta biaya besar untuk ikut program tersebut.
Di bimbel INTEN ada program membayar 10 juta rupiah, jika tidak lulus PTN maka uang 10 juta tersebut akan dikembalikan (syarat dan ketentuan berlaku). Di BTA ada program JAMBALI (Jaminan Uang Kembali), polanya sama dengan yang di INTEN. Kenapa bimbel berani melakukan ini??bagaimana kalu benar-benar tidak lulus?kok bimbel rela uang pendaftaran dikembalikan?!! Jawabannya sederhana, uang  10 juta tersebut akan didepositokan di bank, sehingga jika pun ada resiko uang kembali maka bimbel tidak akan rugi (Info dari seorang pemilik bimbel ternama, sewaktu saya pembekalan dunia dakwah kampus sewaktu ROHIS di SMA).
Apalagi peminat program ini tidak sedikit. Bahkan sempat beredar isu ada cara-cara tidak terpuji yang dilakukan para penggiat bimbel ini. Diantara mereka ada yang menjadi tim penyusun soal USM / SNMPTN kemudian membocorkan soal ujian dengan cara mengeluarkan edisi soal prediksi USM atau SNMPTN. Tapi ini hanya isu, semoga tidak benar-benar terjadi.
Saat ini keberadaan belajar di bimbel masih dalam taraf obat sakti jadi juara kelas, lulus UN, dan lulus SNMPTN. Peran sekolah tidak lagi begitu besar, bahkan kapasitas seorang guru bisa dikalahkan perannya dengan mahasiswa yang belum lulus kuliah. Siswa menjadi tidak serius dalam proses KBM, karena berpikir nanti ah ditanyain di tempat les aja. Bahkan kata seorang teman  di ITB pernah ada sindiran kepada mahasiswa barunya “Selamat Datang Kepada Mahasiswa Generasi Bimbel”. Karena kepercayaan yang begitu besar diberikan siswa kepada bimbelnya.
Dengan realita seperti itu, bagaimanakah positioning sebuah bimbel baru?
Pasar mana yang mau kita bidik?
Realita dan faktanya adalah semua bimbel harus menyediakan program “dijamin lulus” baik dari tingkat SD hingga SMA, bahkan ada bimbel khusus untuk alumni SMA yang BELUM LULUS  SNMPTN (jadi seperti mengulang sekolah lagi selama satu tahun, dengan jam belajar dari jam 8 pagi hingga jam 3 sore).  
Tantangan bisnis bimbel saat ini adalah siswa dan orangtuanya tidak begitu tertarik dengan bimbel-bimbel yang tidak terkenal. Jika tetap mau membangun bisnis ini, ada satu strategi lain yaitu, pengajar diutamakan berasal dari PTN. Sebagai contoh bimbel membuat tagline“Pengajar Kami Lulusan UI”.
Ada juga strategi lain yaitu membuat bimbel  dengan pola privat. Ini lebih aman digunakan oleh bimbel-bimbel baru karena biasanya siswa yang ikut privat mereka juga mengikuti bimbel ternama. Kenapa?karena privat bertujuan untuk “membantu menyelesaikan PR siswa”. Sedang mengikuti bimbel bertujuan agar bisa lulus UN dan UMPTN.
Jadi dengan pola seperti apa kita membuat bimbel?
Bimbel sudah mulai merambah tempat-tempat di pinggiran kota. Padahal dahulu bimbel terbatas ada di pusat kota. Artinya, bimbel melihat peluang besar di pinggiran kota. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat kota dan sekitarnya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Ayo tentukan langkah kita mau kemana??
Contoh pertanyaan untuk studi lapangan: tes pasar
Studi lapangan
1.      Apakah kamu mengikuti bimbel?
2.      Bimbel apa yang kamu ikuti?sebutkan namanya
3.      Apa alasan kamu mengikuti bimbel? Disuruh ortu, pengen lulus UN/SNMPTN, g puas dgn KBM sekolah, Pengajar
4.       bimbel yangseperti apa yang kamu pilih?terkenal, fasilitas lengkap, pengajar PTN, jaminan lulus, kasih rumus2 singkat, deket rumah
5.      Berapa biaya yang kamu keluarkan untuk mengikuti bimbel?
6.      Apa lagi ya..
Ini bagusnya PG or essay ya?terserah pilih yang mana aja boleeh..
Bagusnya ini dibikin di daerah yang belum tersentuh NF, PRIMAGMA, GO, SSC, dan BTA.
Setelah menguji pasar, kita analisa hasil pemberian kuesioner tersebut. Kemudian silakan ajak beberapa dari responden untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD). Lalu langkah selanjutnya apa???
 S.E.M.A.N.G.A.T aja dulu yaa.. :)
(jika market researchnya sudah selesai bisa langsung cari investor: buat proposal bisnis)