Gaya banget analisis pasar...
Bukan..ini mah coret-coretan aja tentang bisnis bimbel.
ini tulisan yang saya buat sangat cepat waktu pengerjaannya. cuma 30 menit!!!
ini saya buat iseng-iseng aja, ketika melihat banyak mahasiswa di kampus saya yang membuat bimbel, saya tergugah untuk membuat tulisan ini karena merasa ada beberapa pengalaman masa lalu ketika SMA yang bisa di share...
Bimbel lahir ketika masuk PTN terasa lebih sulit, persaingan semakin ketat. Dan kesadaran orang-orang untuk melanjutkan pendidikan semakin tinggi. Ketika itu, pembelajaran di SMA tidak begitu bisa mengcounter pola-pola soal yang ada di SPMB. Karena yang membuat soal SPMB adalah para dosen yang notabene keilmuannya lebih tinggi dibanding guru SMA.
Akhirnya, para mahasiswa terpikir untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka membuat bimbel yang diasuh oleh kakak-kakak alumni SMA yang kuliah di PTN. Dengan berbekal keilmuan yang didapat dari kuliah (kelimuan yang lebih spesifik dibanding dgn kelimuan yang diajarkan di SMA). Ini analisis untuk bimbel yg didirikan oleh mahasiswa/alumni SMA dengan tujuan masuk PTN.
Sebenarnya secara kultur, Les ataupun bimbingan belajar bermula dari sekolah (guru) itu sendiri. Dulu ketika SD sepulang sekolah, kita mengikuti les tambahan dgn tujuan lebih memperdalam pemahaman mengenai soal2 yang diajarkan di kelas. Di sisi lain, les juga bertujuan untuk menambah nilai. Gak percaya?dengan les kita bisa tau bocoran soal ulangan dari guru yang bersangkutan atau halusnya kita bisa dapet trik ngerjain soal dengan cepat dan mudah. Karena biasanya di kelas ketika KBM reguler kita diberikan contoh penyelesaian soal yang bertele-tele dan sulit dipahami. Dan inilah daya jual Les itu. Kita bisa dapet cara instan/cepat menyelesaikan soal (kasus soal eksak).
Kalau diingat2 pelopor bimbel yang terkenal itu adalah Sony Sugema College (SSC) dan Ganesha Operation (GO) dua-duanya berpusat di Bandung. Rata-rata pemiliknya adalah Alumni ITB. Lalu kemudian muncullah Primagama, NF, BTA (Bimbingan Tes Alumni). Pengajar pada bimbel tersebut diutamakan adalah mahasiswa PTN.
PTN jadi sebuah komoditi yang menguntungkan, kenapa?
Kultur di negeri ini memandang mahasiswa dari PTN lah yang tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Iming-iming pekerjaan yang layak jika membawa nama besar almamater PTN. Akhirnya orangtua mau mengorbankan apa saja agar anaknya bisa diterima di PTN. Maka muncullah bimbel-bimbel yang menawarkan program dijamin lulus UN dan SPMB/SNMPTN.
Bahkan ketika tahun 2004/2005 muncul metode masuk PTN dengan pola mandiri yaitu tidak melalui SNMPTN. Program tersebut dinamai Ujian Saringan Masuk (USM). USM ini memiliki pola sama dengan SNMPTN, dengan ujian tertulis dsb. Namun yang membedakan adalah biaya masuk awal kuliah/uang pangkal (Dana sarana dan prasarana) yang berbeda.
Rata-rata harga dipatok dari 20 juta hingga 60 juta. Jika lewat SNMPTN hanya cukup 5-10 juta. Adanya program ini bertujuan untuk mencari dana segar dari orang tua siswa yang memiliki kemapanan ekonomi dan juga ingin anaknya masuk PTN, karena ketika itu PTN sudah diperintahkan untuk mandiri/otonomi tidak mengandalkan subsidi pemerintah saja. Fenomena tersebut direspon oleh bimbel-bimbel ternama dengan program jaminan masuk PTN yang meminta biaya besar untuk ikut program tersebut.
Di bimbel INTEN ada program membayar 10 juta rupiah, jika tidak lulus PTN maka uang 10 juta tersebut akan dikembalikan (syarat dan ketentuan berlaku). Di BTA ada program JAMBALI (Jaminan Uang Kembali), polanya sama dengan yang di INTEN. Kenapa bimbel berani melakukan ini??bagaimana kalu benar-benar tidak lulus?kok bimbel rela uang pendaftaran dikembalikan?!! Jawabannya sederhana, uang 10 juta tersebut akan didepositokan di bank, sehingga jika pun ada resiko uang kembali maka bimbel tidak akan rugi (Info dari seorang pemilik bimbel ternama, sewaktu saya pembekalan dunia dakwah kampus sewaktu ROHIS di SMA).
Apalagi peminat program ini tidak sedikit. Bahkan sempat beredar isu ada cara-cara tidak terpuji yang dilakukan para penggiat bimbel ini. Diantara mereka ada yang menjadi tim penyusun soal USM / SNMPTN kemudian membocorkan soal ujian dengan cara mengeluarkan edisi soal prediksi USM atau SNMPTN. Tapi ini hanya isu, semoga tidak benar-benar terjadi.
Saat ini keberadaan belajar di bimbel masih dalam taraf obat sakti jadi juara kelas, lulus UN, dan lulus SNMPTN. Peran sekolah tidak lagi begitu besar, bahkan kapasitas seorang guru bisa dikalahkan perannya dengan mahasiswa yang belum lulus kuliah. Siswa menjadi tidak serius dalam proses KBM, karena berpikir nanti ah ditanyain di tempat les aja. Bahkan kata seorang teman di ITB pernah ada sindiran kepada mahasiswa barunya “Selamat Datang Kepada Mahasiswa Generasi Bimbel”. Karena kepercayaan yang begitu besar diberikan siswa kepada bimbelnya.
Dengan realita seperti itu, bagaimanakah positioning sebuah bimbel baru?
Pasar mana yang mau kita bidik?
Realita dan faktanya adalah semua bimbel harus menyediakan program “dijamin lulus” baik dari tingkat SD hingga SMA, bahkan ada bimbel khusus untuk alumni SMA yang BELUM LULUS SNMPTN (jadi seperti mengulang sekolah lagi selama satu tahun, dengan jam belajar dari jam 8 pagi hingga jam 3 sore).
Tantangan bisnis bimbel saat ini adalah siswa dan orangtuanya tidak begitu tertarik dengan bimbel-bimbel yang tidak terkenal. Jika tetap mau membangun bisnis ini, ada satu strategi lain yaitu, pengajar diutamakan berasal dari PTN. Sebagai contoh bimbel membuat tagline“Pengajar Kami Lulusan UI”.
Ada juga strategi lain yaitu membuat bimbel dengan pola privat. Ini lebih aman digunakan oleh bimbel-bimbel baru karena biasanya siswa yang ikut privat mereka juga mengikuti bimbel ternama. Kenapa?karena privat bertujuan untuk “membantu menyelesaikan PR siswa”. Sedang mengikuti bimbel bertujuan agar bisa lulus UN dan UMPTN.
Jadi dengan pola seperti apa kita membuat bimbel?
Bimbel sudah mulai merambah tempat-tempat di pinggiran kota. Padahal dahulu bimbel terbatas ada di pusat kota. Artinya, bimbel melihat peluang besar di pinggiran kota. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat kota dan sekitarnya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Ayo tentukan langkah kita mau kemana??
Contoh pertanyaan untuk studi lapangan: tes pasar
Studi lapangan
1. Apakah kamu mengikuti bimbel?
2. Bimbel apa yang kamu ikuti?sebutkan namanya
3. Apa alasan kamu mengikuti bimbel? Disuruh ortu, pengen lulus UN/SNMPTN, g puas dgn KBM sekolah, Pengajar
4. bimbel yangseperti apa yang kamu pilih?terkenal, fasilitas lengkap, pengajar PTN, jaminan lulus, kasih rumus2 singkat, deket rumah
5. Berapa biaya yang kamu keluarkan untuk mengikuti bimbel?
6. Apa lagi ya..
Ini bagusnya PG or essay ya?terserah pilih yang mana aja boleeh..
Bagusnya ini dibikin di daerah yang belum tersentuh NF, PRIMAGMA, GO, SSC, dan BTA.
Setelah menguji pasar, kita analisa hasil pemberian kuesioner tersebut. Kemudian silakan ajak beberapa dari responden untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD). Lalu langkah selanjutnya apa???
S.E.M.A.N.G.A.T aja dulu yaa.. :)
(jika market researchnya sudah selesai bisa langsung cari investor: buat proposal bisnis)
bagus banget artikelnya mas, www.delphindo.com
BalasHapus